RESENSI BUKU
Judul : Johann Sebastian Bach
Pengarang : Lin Jui Hwa
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 1996
Kota terbit : Jakarta
Tebal : 109 halaman
Johann Sebastian Bach adalah buku yang
menceritakan kisah hidup seorang musikus besar yang bernama Johann Sebastian
Bach. Buku ini menceritakan kisah tentang bagaimana Johann Sebastian Bach dapat
mencapai masa-masa kejayaannya dalam dunia musik. Ketekunan, kerja keras, dan
perjuangan Johann Sebastian Bach membuat dia menjadi seorang musikus yang
diperebutkan dimana-mana. Selain itu, Johann Sebastian Bach juga menciptakan
sangat banyak lagu. Sekarang Johann Sebastian Bach dikenal sebagai “Bapak Musik
Masa Kini”. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup
seorang Johann Sebastian Bach yang diceritakan di dalam buku ini.
Pada tanggal 21 Maret
1685, Johann Sebastian Bach lahir di Kota Eisenach, Jerman Timur. Sejak kecil
Sebastian sudah memiliki naluri yang sangat bagus, biasanya Sebastian kecil
bermain piano diatas kaki ayahnya. Ketika Sebastian berusia 9 tahun, ibunya
meninggal, dan saat usia 10 tahun, ayahnya meninggal. Kakak laki-lakinya yang
sulung telah berkeluarga, dan yang lainnya tinggal bersama keluarganya.
Sedangkan Sebastian tinggal bersama kakak sulungnya.
Pada usia 15
tahun Sebastian meninggalkan rumah kakak sulungnya menuju Luneberg ke sekolah
Michael untuk menjadi anggota koor dan belajar musik gereja. Untuk lebih
menambah pengetahuan, selama liburan Sebastian bersama sahabatnya Georg Erdmann
pergi ke Kota Hamburg untuk menyaksikan konser Pak Reincken. Di usianya yang ke
17 tahun, Sebastian sudah melahirkan karya pertamanya yang berjudul “An Wasser
Flüssen Babylonia”. Ia juga mendapat pujian dari Pak Reincken, karena
kemahirannya merubah irama lagu.
Pada tahun 1706,
Sebastian berangkat ke Gereja St. Bonifact di Kota Arnstadt, sebagai pemain
organ. Disana ia membentuk sebuah grup koor dan bertemu dengan Maria Barbara yaitu
putri dari kemenakan kakeknya, umurnya lebih muda setahun dari Sebastian.
Mereka saling jatuh cinta dan pada musim
gugur tahun 1707 mereka menikah di Gereja Dornheim. Suatu malam yang penuh
tebaran bunga-bunga salju, anak pertama Sebastian lahir yang diberi nama
Wilhelm Friedemann, ia menjadi seorang ayah diusianya yang ke 25 tahun.
Selain menjabat
sebagai pemain piano, Sebastian juga menjadi dirigen di istana Weimar. Pada
tahun 1717, Sebastian mengikuti lomba konser dengan Louis Marchand, Kuruo,
Giovanni Battista Lully di Dresden. Pada lomba tersebut sulit untuk ditentukan
pemenangnya antara Johann Sebastian Bach dan Louis Marchand, mereka berdua
memiliki ke warna masing-masing ketika bermain piano. Karena ketidakadilan
dalam lomba tersebut, Johann Sebastian Bach sekeluarga pindah ke Choten. Dia
kini menjabat sebagai pemimpin rombongan musik di istana Choten.
Dalam perjalanan
menuju Carlsband untuk mengadakan konser, istri Bach yaitu Maria meninggal
dunia ketika melahirkan seorang anak laki-laki. Desember 1721 Bach memperistri
Anna Magdalena, seorang wanita bersuara indah, ia sering membantu bach
menyanyika lagu-lagu koor. Anna sangat banya membantu Bach. Ditahun 1722, Bach
menyelesaikan karyanya yang paling terkenal dan sering di buat konser oleh
banyak orang yaitu “Branderbug Concertos”. Seluruhnya berisi 6 buah lagu, dan
yang paling terkenal adalah lagu ke-5 karena Bach khusus mengatur piano sebagai
musik ini.
Setelah Bach
mengundurkan diri sebagai pemimpin rombongan musik di istana Choten, ia
menyelesaikan karyanya yang berjudul “St. Matthew’s Passion” , “The B Minor
Mass” , “Kumpulam lagu-lagu piano” , dan “Peruditha”. Maret 1747, Bach menerima
surat dari Raja Federick untuk menggelar konser di postdam. Di postdam Bach
bertemu dengan putranya yang ke – 2 yaitu Emanuel yang bekerja sebagai guru
musik yang memimpin rombongan musik istana Raja Federick.
Diusianya yang
ke-64 tahun kondisi kesehatannya tiba-tiba memburuk, penglihatannya berkurang
yang menyebabkan Bach memerlukan operasi hingga 2 kali, tetapi keadaannya tidak
kunjung membaik. Setahun kemudian Juli 1750, Bach mempunyai firasat bahwa
dirinya sudah berada diambang kematian, namun tetap tak pernah berhenti
berkarya. Karya yang paling akhir menjelang kematiaannya berjudul “The Art of
Fugue”. Bach sendiri yang mendikte dan Anna yang mencatat. 28 Juli pukul 20.15
Bach meninggal di Leipzig dalam keadaan buta. Bach yang dijuluki “Bapak Musik
Masa Kini” mengakhiri hidupnya pada usia 65 tahun. Dengan jiwanya, dia
menciptakan musik, menyirami lubuk hati banyak orang di ratusan tahun kemudian.
Buku Johann Sebastian
Bach ini memiliki berbagai macam kelebihan. Dari segi penyajian, buku ini
bergambar sehingga menarik untuk dibaca oleh orang dewasa bahkan anak-anak.
Buku ini sangat bermanfaat bagi kita semua, karena dengan membaca buku ini,
selain menambah pengetahuan juga banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat kita
ambil dari kisah seorang Johann Sebastian Bach. Kisahnya dapat kita jadikan
panutan dalam kehidupan kita.
Buku Johann Sebastian
Bach ini masih memiliki kekurangan. Meskipun buku ini bergambar, sayangnya
gambar-gambar tersebut tidak berwarna, akan lebih menarik lagi apabila
gambar-gambarnya diberi warna. Untuk bahasa, masih banyak kata-kata yang sulit
untuk dimengerti atau kata-kata yang kurang populer dimasyarakat. Penulis
seharusnya lebih teliti lagi dalam pemilihan kata yang digunakan, supaya buku
ini dapat dimengerti oleh semua orang, dari orang dewasa sampai anak-anak.
Terlepas dari
kekurangannya, buku ini layak untuk dibaca oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Kelayakan tersebut berdasarkan manfaat yang dapat kita ambil dari buku ini.
Isinya tidak hanya menarik, tetapi juga berguna bagi semua orang. Saya
merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh semua orang. Buku ini dapat
dijadikan sebagai buku hiburan maupun buku yang menambah ilmu pengetahuan kita.
By : Cindy Anggraeni - X MIPA
Yap, bagus!
BalasHapus